DEDUKTIF
Deduktif adalah metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus. Dalam penulisan paragraf deduktif, deduktif
adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf, lalu
kalimat-kalimat selanjutnya adalah kalimat penjelasan terhadap kalimat utama
tersebut. berikut adalah contoh dari penulisan secara Deduktif.
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau
kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh
kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
ciri-ciri paragraf deduktif
1. kalimat
utama berada di awal paragraf.
2. kalimat
disusun dari pernyataan umum yang kemudian disusul dengan penjelasan.
Silogisme Kategorial
Adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang
kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Adapun menurut KBBI simpulan berdasarkan silogisme
kategorial adalah keputusan yg sama sekali tanpa berdasarkan syarat.
Contoh:
Premis mayor = Semua makhluk hidup membutuhkan
oksigen.
(Middle term) (Predikat)
Premis minor = Manusia adalah makhluk hidup.
(Subjek)
(Middle term)
Simpulan = Manusia membutuhkan oksigen.
(Subjek) (Predikat)
Hukum-hukum silogisme kategorial behubungan dengan
proposisi:
1. Apabila salah satu premis partikular, maka
kesimpulannya harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Sebagian makanan tidak halal dimakan.
Jadi, bentuk silogisme ini menarik simpulan yang
terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek.
2. Apabila salah satu premis negative, maka kesimpulannya
harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat melakukan korupsi.
Sebagian pejabat tidak
disenangi.
3. Dari dua premis yang sama-sama particular tidak sah
diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa orang kaya kikir.
Beberapa pedagang adalah kaya.
Beberapa pedagang adalah kikir
4. Dua premis yang sama-sama negatif tidak sah diambil
kesimpulan karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi
premisnya. Kesimpulan dapat diambil bila sedikitnya salah satu premisnya
positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar
Kucing bukan bunga mawar
(Tidak
ada kesimpulan)
Hukum-hukum silogisme kategorial behubungan dengan
term:
1. Setidaknya satu
term menengah harus tertebar (mencakup). Kalau dari dua premis, term
penengahnya tidak tertebar akan menghasilkan kesimpulan yang salah.
Contoh:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Binatang ini adalah ikan.
2. Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan
term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Kambing bukan binatang.
3. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, kesimpulan akan
menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Januari bersinar di langit.
4. Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subyek,
term predikat dan term penengah. Apabila hanya terdiri dari sebuah term dan dua
buah term atau melebihi dari tiga term, maka tidak bisa diambil kesimpulan.
·
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
Adapun menurut KBBI silogisme hipotesis merupakan
penarikan simpulan atau keputusan yg kebenarannya berdasarkan syarat tertentu.
Macam-macam tipe silogisme hipotesis:
1. Premis
minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Premis
minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Premis
minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa,
maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Premis
minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan
gelisah
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
·
Silogisme Disjungtif
Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan
disjungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Adapun menurut KBBI silogisme disjungtif ini merupakan
penarikan simpulan atau keputusan berdasarkan beberapa kemungkinan kebenaran
pernyataan, tetapi hanya salah satu pernyataan yg benar.
Silogisme ini terdiri dari dua macam: silogisme
disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
la lulus atau tidak
lulus.
Ternyata
ia lulus.
la bukan tidak lulus.
Silogisme disjungtif dalam arti luas premis mayomya
mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan berada di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi Hasan berada di pasar.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti
luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis
minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui
alternatif yang lain.
Contoh:
Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata
tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
Ternyata
tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor
mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif
yang lain.
Contoh:
Budi di masjid atau di sekolah.
la
berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif:
1. Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Atau:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2. Silogisme
disjungtif dalam arti luas.
a. Bila premis
minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la
adalah guru.
Jadi Budi bukan pelaut.
b. Bila premis
minor mengingkari salah satu alterna konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata
tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota
lain).
-
Entimen
Praktek nyata berbahasa dengan pola silogisme memang
jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik tulisan maupun lisan. Namun
entimen (yang pada dasarnya adalah pola silogisme) sering dijumpai
pemakaiannya. Di dalam entimen salah satu premisnya dihilangkan atau tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi 2 bagian:
-
Menipu adalah dosa. >> Kesimpulan
-
Karena (menipu) merugikan orang lain. >> Premis Minor, karena bersifat
khusus.
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah
premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu
bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva "menipu". Kita
dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan
orang lain adalah dosa.
Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula
kita cari dulu simpulannya. Kata-kata yang menandakan simpulan ialah kata-kata
seperti: jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah,
kita temukan apa premis yang dihilangkan.
Rantai Deduksi
Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih
informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi
dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam
bentuk yang informal.
Contoh :
a. Semua plecing kangkung
pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas
rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan makanan yang pedas rasanya.
(induksi: generlisasi)
Ini adalah plecing kangkung pedas.
Sebab itu, saya tidak suka plecing kangkung ini.
(deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya
senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka makanan ini.
Sebab itu saya tidak memakannya. (deduksi)
b. Semua jamu pahit
rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya.
(deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya.
(induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya
senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
http://desmaputrii.blogspot.com/2013/11/paragraf-deduktif.htmlDEDUKTIF